Lidah angin kelu sudah di gogohnya persada
di penghujan yang bercerita hambur balada picisan
sejenak naik meruap di puncak gunung-gunung cita
lalu tumpah beludak sepanjang bukit barisan
murka langit menjadi ladang jemu semua murba
tertimbun enggan karena laung tak lagi bergaung
tanah tak lagi kawan, sawah ladang durja bahala
keringlah sudah kata gabah di lumbung-lumbung
sejak itukah kau putuskan menjadi perantau jauh?
melupakan coreng-moreng wajah duka nusantara
yang seharusnya kau basuh dengan cucuran peluh
dan menjadi rumah di mana kau lisankan bangga
tanah ramai ini kini sepi sudah berkalang mimpi
sejak hari bertunas dan gugur daun hanya elegi
di kelu lidah angin, gubug-gubug berkisah reyot
di halaman tak berbunga, hujan membawa basat
maka pulanglah, perantau, pulang!
sebelum khianat menjadi luka dahi yang lekat
maka pulanglah, perantau, pulang!
menapiskan kembali butiran daya, bersama.
______________________
zoel z'anwar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar