Beberapa masalah yang sering ditemukan dalam kasus penggunaan huruf atau pengejaan istilah serapan:
a. Pemakaian huruf -f dan –v yang sering
sekali diganti dengan huruf –p.
Misalnya:
seharusnya aktif bukan aktip
seharusnya negatif bukan negatip
seharusnya aktivitas bukan aktifitas
seharusnya provinsi bukan propinsi
seharusnya aktif bukan aktip
seharusnya negatif bukan negatip
seharusnya aktivitas bukan aktifitas
seharusnya provinsi bukan propinsi
b.Tidak terdapat konsonan rangkap dalam
bahasa Indonesia.
Misalnya:
seharusnya klasifikasi bukan klassifikasi
seharusnya efektif bukan effektif
(kecuali kata massa dan masa; massa adalah bentuk yang telah dibakukan)
seharusnya klasifikasi bukan klassifikasi
seharusnya efektif bukan effektif
(kecuali kata massa dan masa; massa adalah bentuk yang telah dibakukan)
c.Huruf –y sekarang adalah pengganti huruf -j dulu., jadi tidak dapat
dipakai sebagai huruf –i lagi.
Misalnya:
seharusnya hipokotil à bukan hypokotil
seharusnya analisis à bukan analysis, apalagi analysa.
seharusnya hipokotil à bukan hypokotil
seharusnya analisis à bukan analysis, apalagi analysa.
d. Huruf
-x hanya digunakan di awal kata. Di tempat lain, diganti dengan –ks.
Misalnya:
seharusnya xilem bukan silem atau ksilem.
seharusnya taksonomi, bukan taxsonomi.
seharusnya kompleks bukan komplex, dll
seharusnya xilem bukan silem atau ksilem.
seharusnya taksonomi, bukan taxsonomi.
seharusnya kompleks bukan komplex, dll
e. Huruf –h dalam gugus –gh, rh, dan
–th, dihilangkan. Sedangkan huruf –ph menjadi –f dan –ch menjadi –k.
Misalnya:
seharusnya sorgum bukan sorghum
seharusnya kromatografi bukan khromatograph
seharusnya ritme bukan rhitme
seharusnya metode, bukan methode atau methoda
seharusnya morfologi bukan morphologi atau morpologi.
seharusnya sorgum bukan sorghum
seharusnya kromatografi bukan khromatograph
seharusnya ritme bukan rhitme
seharusnya metode, bukan methode atau methoda
seharusnya morfologi bukan morphologi atau morpologi.
f.
Beberapa kata sulit selalu ditulis
secara salah.
Misalnya:
seharusnya kualitas bukan kwalitas
seharusnya kualitas bukan kwalitas
seharusnya
sintesis bukan sintesa
seharusnya
projektor bukan proyektor
seharusnya admosfer bukan atmosfir
seharusnya automatis bukan otomatis, dll.
seharusnya automatis bukan otomatis, dll.
g. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran –ika.
Misalnya:
seharusnya sistematika bukan sistematik atau sistimatik
seharusnya matematika bukan matematik
(karena bukan ilmu, antibiotik, kosmetik, dan tropik adalah bentuk baku.
Berturut-turut, bukan antibiotika, kosmetika, dan tropica.)
seharusnya sistematika bukan sistematik atau sistimatik
seharusnya matematika bukan matematik
(karena bukan ilmu, antibiotik, kosmetik, dan tropik adalah bentuk baku.
Berturut-turut, bukan antibiotika, kosmetika, dan tropica.)
h. Dalam bahasa Indonesia satu bentuk kata
dapat berfungsi sebagai kata benda (botani-botany),
kata keterangan (botani-botanic) atau
kata tambahan (botani-botanical/botanically.
Oleh karena itu
Misalnya:
- departement of genetics à jurusan genetika bukan jurusan genetik
- plant genetic resources à sumber daya genetika bukan sumber daya genetik
- genetical evidence à bukti genetika bukan bukti genetik.
- departement of genetics à jurusan genetika bukan jurusan genetik
- plant genetic resources à sumber daya genetika bukan sumber daya genetik
- genetical evidence à bukti genetika bukan bukti genetik.
II. Tanda Baca
1.
Tanda Titik (.)
- Tanda titik digunakan pada akhir kalimat
yang bukan merupakan kalimat seruan atau pertanyaan.
Misalnya: Kami akan pergi ke Bali.
-
Digunakan dibelakang angka atau huruf
dalam satu bagan, ikhtisar atau daftar.
Misalnya: Bab I. Manusia
1.1.
Makhluk Sosial
1.2.
Makluk Ego
1.3.
Subjektivitas
- Memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Misalnya: Sekarang sudah pulul 15.07.33
(pukul 15 lewat 7 menit 33 detik).
- Digunakan di antara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
tanda seru dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Andi, Muhammad. Mereka yang
Kenal Dunia. Medan, BMP, 2000.
- Digunakan untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya: 3.000, 9.000, 123.000, dll
- Digunakan pada akhir singkatan nama
orang.
Muh. Yamin, P. Fransiskus, dll
- Digunakan pada akhir singkatan gelar,
jabatan, pangkat dan sapaan.
Tn. (tuan), dr. (dokter), Ir.
(Insinyur), dll.
- Digunakan pada singkatan kata atau
ungkapan yang sudah sangat umum.
Misalnya: a.n. (atas nama), dll. (dan lain-lain),
dll.
2. Tanda koma (,)
- Tanda koma digunakan di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya akan membeli kertas, tinta, pensil dan pewarna.
Saya akan membeli kertas, tinta, pensil dan pewarna.
Jaja ingin membawa durian, rambutan, dan
semangka kerumah ibunya.
- Digunakan untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya memang punya masalah, tapi itu bukan alasan untuk menyerah.
Mereka memutuskan tidak menyerah, melainkan
bertempur sampai mati.
- Digunakan untuk untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Jika harus berlayar pun, saya akan tetap pergi.
Jika harus berlayar pun, saya akan tetap pergi.
-
Di pakai dibelakang kata-kata seperti o, wah, ya, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Wah, rumahnya bagus sekali.
Wah, rumahnya bagus sekali.
O,
jadi begitu rupanya.
- Dipakai diantara nama dan alamat,
bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri
yang dituliskan berurutan.
Misalnya:
Antoni F, Jalan Setiabudi No. 23, Medan.
Antoni F, Jalan Setiabudi No. 23, Medan.
Marta
Olga, Jalan Perjuangan No. 45, Bekasi
- Dipakai diantara tempat penerbitan, nama
penerbit, dan tahun penerbitan.
Misalnya:
Anwar, Zoel. Hula-Hula. Medan, Bina Media, 2013.
Anwar, Zoel. Hula-Hula. Medan, Bina Media, 2013.
Seno,
Ardi. Melumat Awan. Medan, Erelia, 1995 dll.
- Dipakai diantara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya.
Misalnya:
Tanto Wibowo, S.H.
Tanto Wibowo, S.H.
Andi
Marto, S.E.
- Dipakai di depan angka persepuluhan dan
diantara rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya: 30, 55 m, Rp 95, 33, dll.
-
Dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya:
Tanteku, tante Juni, cantik sekali.
Tanteku, tante Juni, cantik sekali.
Seorang laki-laki, sebagai penjaga
keluarga, harus bekerja keras.
3. Tanda Titik Koma (;)
- Tanda titik koma dapat digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; mereka
masih menungu kedatangannya juga.
-
Sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
majemuk.
Misalnya: Ayah pergi memancing; Ibu memasak saja;
adik bermain guli; sementara aku
menonton saja.
menonton saja.
4. Tanda Titik Dua (:)
-
Tanda titik dua dapat digunakan dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
dalam percakapan.
Misalnya:
Andi : “Kemana kau pergi Ton?”
Andi : “Kemana kau pergi Ton?”
Anton : “Aku akan ke rumah Dini sebentar.”
- Dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Yang dia inginkan hanyalah terpenuhinya semua yang diimpikannya: rumah mewah, isteri cantik, mobil Ferari terbaru.
Yang dia inginkan hanyalah terpenuhinya semua yang diimpikannya: rumah mewah, isteri cantik, mobil Ferari terbaru.
- Dipakai sesudah ungkapan atau kata yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
Misalnya:
a. Ketua : Zoel
Anwar
b.
Wakil : Kilianus Arta
- Dipakai di antara jilid atau nomor dan
halaman, diantara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci
atau diantara judul dan anak judul suatu karangan.
atau diantara judul dan anak judul suatu karangan.
Misalnya:
Tempo, 1 (1976), 34:7
Tempo, 1 (1976), 34:7
Matius
7 : 7, dll.
5. Tanda Hubung (-)
5. Tanda Hubung (-)
-
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
penggantian baris.
penggantian baris.
Misalnya: …dia akan kem-
bali lagi.
bali lagi.
-
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
unsur-unsur kata berulang.
Misalnya: laki-laki, main-main, mobil-mobilan,
dll.
-
Dipakai untuk menyambung awalan dengan
bagian kata dibelakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya: …Ayahnya
adalah cendekia -
wan.
wan.
-
Dipakai
untuk menyambung huruf kata yang dieja satu persatu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya: b-o-n-e-k-a, p-a-h-l-a-w-a-n /
18-4-2009, 13-11-2013, dll.
-
Merangkaikan se- dengan kata didepannya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan
angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya: se-Indonesia, se-Sumatera
Utara, se-Jawa/ ke-2, ke-30/ 1950-an, 1980-an, dll.
-
Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya: di-kick, meng-hack, dll.
6. Tanda Pisah (—)
- Tanda pisah membatasi penyisipan kata
atau kalimat yang memberi penjelasan di luar kalimat.
Tanda pisah juga menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Tanda pisah juga menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
-
Tanda pisah menegaskan adanya aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
lebih jelas.
-
Dipakai diantara dua bilangan atau
tanggal yang berarti sampai dengan atau diantara dua nama
kota yang berarti -ke atau -sampai.
kota yang berarti -ke atau -sampai.
7.
Tanda Tanya (?)
-
Tanda Tanya digunakan pada akhir kalimat
Tanya.
Misalnya: Kapan kamu berangkat?
Andi
sudah datang?
-
Digunakan dalam tanda kurung untuk
menyatakan kalimat yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
kebenarannya.
8. Tanda Seru (!)
-
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah,
atau yang menggambarkan krdungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
atau yang menggambarkan krdungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah hebatnya permainan itu!
Bersihkan
halaman rumah ini sekarang!
Merdeka!
9. Tanda Garis Miring (/)
-
Tanda garis miring digunakan dalam
penomoran surat.
Misalnya: No. 104/SK/ 2012
-
Digunakan sebagai pengganti kata atau
dan tiap.
-
Misalnya: dewa/dewi; Jalan Kenari II/12
10. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
- Tanda
penyingkat digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
angka tahun.
Misalnya: Ali ‘kan kusurati. (‘kan =
akan)
11. Tanda
elipsis (…)
- Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang
terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah
kita bergerak.
- Tanda elipsis menunjukkan adanya bagian
yang dihilangkan dalam kutipan.
Misalnya: sebab-sebab kemerosotan…akan
diteliti lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar