Langgam Bicara dalam Tulisan

Mengenai enak atau tidaknya sebuah tulisan untuk dibaca, tidak hanya tergantung pada keistimewaan ide yang terdapat dalam tulisan tersebut. Seringkali sebuah tulisan yang sebenarnya memuat ide luar biasa (hebat) tetapi terkesan biasa saja, atau sebaliknya, tulisan yang memiliki ide biasa saja tetapi lebih berkesan bagi pembaca. Semua itu tidak terlepas dari cara penyampaian ide penulis melalui kalimat demi kalimat yang membentuk tulisan tersebut.

Agar sebuah tulisan menjadi lebih enak dibaca; selain sesuai dengan kaidah tata bahasa atau EYD, tulisan tersebut juga  akan lebih mengalir dengan lancar dan menarik jika menggunakan kalimat efektif. dalam penggambaran ide atau gagasan yang ingin disampaikan oleh si penulis melalui tulisan tersebut. Ada kalanya, dalam membaca sebuah tulisan, kita begitu menikmati alur sebuah tulisan yang panjang sehingga tak terasa tiba-tiba sudah sampai pada ujung tulisan tersebut. Ketika tulisan yang panjang tersebut terasa terlalu singkat, maka dapat dikatakan penulis sudah berhasil menyampaikan ide atau pokok pikirannya dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kalimat efektif dalam tulisan yang menggunakan langgam bicara.
Menulis dengan Langgam Bicara
Menulis dan berbicara adalah dua kegiatan berbeda tapi memiliki tujuan yang pada hakikatnya sama. Melalui berbicara atau menulis, seseorang ingin menyampaikan informasi, gagasan, ide-ide, pesan atau sebuah pengertian kepada pendengar atau pembaca. Berbicara dan menulis bisa sama-sama menariknya, tetapi juga sebaliknya, bisa saja sama-sama membosankan. Tergantung pada bagaimana keefektifan cara berbicara dan cara menulis, atau penyampaian informasi yang ingin kita sampaikan tersebut. Berbicara masalah keefektifan maka secara tidak langsung kita berbicara mengenai sebuah model, cara atau gaya penyampaian sebuah ucapan atau tulisan agar informasi yang ingin disampaikan dapat ditangkap dengan utuh.

Menurut Rudolf Flesch, dalam bukunya yang berjudul How to Think and Write effectively, kalimat dalam tulisan akan jauh lebih effektif dan bertenaga jika menggunakan langgam bicara dalam proses penyampaiannya. Katanya, "Rahasia menulis karangan efektif itu sederhana saja. Berbicaralah kepada pembaca. Seakan-akan orang yang akan membaca surat atau laporan yang sedang anda tulis itu sedang berada di depan Anda, atau sedang berbicara dengan anda lewat telepon. Kemudian bacalah bagian-bagian yang sudah selesai anda tulis. Apakah terdengar bagai anda berbicara? Kalau tidak, ubahlah. Tulis seakan anda bicara dengan seseorang, seperti percakapan di meja makan atau di ruang tamu, misalnya. Apakah dalam keadaan seperti itu orang berbicara resmi-resmian? Pasti tidak! Dalam keadaan seperti itu orang biasanya berbicara sewajarnya saja, biasa, baik dalam nada suara, langgam, pemakaian kata-kata, tekanan, maupun pengucapannya."
Dengan menggunakan langgam bicara maka tulisan akan semakin mengalir. Sehingga enak di baca. Apalagi jika dibungkus dengan ide utama yang memang pada dasarnya menjual.
Semakin bertenaganya kalimat demi kalimat dalam sebuah karangan, menurut Flesch, maka semakin efektif pula karangan tersebut untuk menyampaikan informasi-informasi yang memang ingin di sampaikan si pengarang. Dengan kata lain, tulisan dengan langgam bicara lebih efektif karena pembaca lebih aktif dan seolah terlibat dalam omongan tentang informasi yang ingin disampaikan itu. Pembaca juga tidak bosan karena seolah-olah sedang mendengar sebuah kisah, pemberitahuan, atau informasi secara langsung melalui tulisan yang berbicara tersebut.
Tips Agar Tulisan Bertenaga
Tulisan yang "bertenaga" adalah tulisan yang mengunakan kalimat-kalimat yang "bertenaga" pula dalam setiap susunannya. Lalu bagaimana membuat kalimat yang "bertenaga"? Berikut, adalah beberapa tipsnya:
  1. Perhatikan pilihan kata. Usahakan selalu menggunakan kata yang paling tepat atau sesuai dengan apa yang ingin kita sampaikan melalui kalimat tersebut. Bandingkan kalimat mana yang lebih efektif:

    • Sekitar 300 ahli pesawat terbang, 50 di antaranya jebolan luar negeri yang dibiayai pemerintah Indonesia masa lalu, telah "terbang" mencari lapak baru yang lebih menjanjikan di luar negeri. (Pepih Nugraha: Lepas dari Paradigma "Indonesia Bodoh")

    Kalimat bertenaga Pak Pepih Nugraha di atas akan terkesan mendatar dan lebih loyo jika dituliskan seperti ini:

    • Sekitar 300 ahli pesawat terbang, 50 di antaranya lulusan luar negeri yang dibiayai pemerintah Indonesia yang dulu, telah pergi mencari tempat baru yang lebih baik di luar negeri.

    Kata yang berbeda, walaupun memiliki makna yang kurang lebih sama, bisa sangat berpengaruh pada kuat (bertenaga) atau tidaknya sebuah kalimat.

  2. Perhatikan pola kalimat. Kebenaran sebuah pola kalimat, baik dari segi struktur dan kaidah-kaidah lainnya seperti pengulangan kata, kesejajaran kata (paralelisme), dll, yang berhubungan dengan aturan ketatabahasaan. Pola kalimat aktif biasanya lebih bertenaga jika dibandingkan dengan kalimat pasif. Misalnya:

    • Seorang penulis memiliki hak untuk menuliskan opininya dengan menggunakan bahasa tersirat. (Auda Zaschkya: "Terkait Komentar: Mencaci Penulis Karena Arogansi Pembaca")
    Akan lebih efektif dan bertenaga jika dibandingkan dengan kalimat pasifnya,

    • Hak untuk menuliskan opininya dengan menggunakan bahasa tersirat dimiliki oleh seorang penulis.

  3. Hindari pemubaziran kata. Menggunakan kata-kata yang bersinonim secara berpadanan dalam sebuah kalimat, akan mengurangi keefektifan dan tenaga sebuah kalimat tersebut. Selain menjadi tidak bertenaga, hal ini juga tidak sesuai dengan syarat kebakuan yang sesuai EYD dalam bentuk pleonasme (pemakaian kata-kata lebih dari apa yang di perlukan). Misalnya:

    • Para ulama-ulama kampung kami menerima bantuan itu secara langsung.

    Penggunaan para sudah mewakili makna jamak dan seharusnya diikuti oleh kata ulama (tanpa di ulang) karena pada dasarnya kedua kata ini (para dan ulama-ulama) sama-sama menunjukkan kejamakan.

    • Banyak sekali mobil-mobil yang tertangkap dalam razia sabuk pengaman tadi pagi.
    Sama dengan contoh pertama di atas, kata banyak dan mobil-mobil sama-sama menunjukkan kejamakan, sehingga penulisan kata mobil seharusnya tidak perlu di ulang.

  4. Perhatikan kesesuaian konteks makna antar kalimat. Kesesuaian kalimat yang satu dengan konteks kalimat yang mendahuluinya juga sangat berpengaruh terhadap makna dan keefektifan tulisan secara keseluruhan. Misalnya:

    • Dia sama sekali tidak makan apa-apa mulai tadi malam. Hanya beberapa potong roti dan segelas air mineral yang masuk ke perutnya.

    • Dua hari lalu tidak setitik air hujan pun yang turun. Padahal, sudah sebulan ini hujan deras pasti turun setiap harinya.

  5. Hindari pembentukan kalimat yang bermakna ganda (ambigu). Makna ambigu dalam sebuah kalimat akan mengurangi kejelasan dan keefektifan kalimat tersebut untuk membawa informasi yang utuh kepada pembacanya. Misalnya:

    • Penyelidikan kedua oknum polisi tersebut sudah masuk ke tahap akhir.
    Penyelidikan kedua terhadap dua orang oknum polsi, atau penyelidikan yang dilakukan oleh dua orang oknum polisi tersebut?

    • Istri lelaki yang gemuk itu sekarang sedang dirawat di rumah sakit.
    Istri yang gemuk atau laki-laki yang gemuk? 
**
Menulis dengan langgam berbicara dengan menguatkan keefektifan kalimat demi kalimat dalam gaya penyampaian yang apik akan memberikan sebuah sajian tulisan yang tidak saja enak dibaca,  tetapi juga akan memudahkan informasi yang ingin kita sampaikan kepada pembaca lebih mudah ditangkap.

Demikian sedikit tips dari saya. Semoga bermanfaat.

Kalimat Efektif


Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektifapabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni :
1. Ketepatan pilihan kata
2. Ketepatan bentuk kata
3. Ketepatan pola kalimat
4. Ketepatan makna kalimat

Ciri-ciri Kalimat Efektif :
1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakankesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.


Penggunaan Kalimat Efektif :
1.Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya
2.Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
Syarat-syarat Kalimat Efektif :
1. Koherensi / kepaduan

Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidakterpecah-pecah.
• Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
• Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-verbal-pasien.
• Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subyek dan predikat, hubungan antara predikat dengan obyek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan koherensi yaitu:
1) Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
Benar : Saudara saya yang paling kecil kemarin sore menendang bola di lapangan, dengan sekuat tenanganya.
Salah : Saudara saya yang paling kecil menendang dengan sekuat tenaganya kemarin sore di lapangan bola.

2) Salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya
Benar : mengharapakan belas kasihan
Salah : mengharapkan akan belas kasihan

3) Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
Contoh:
Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung itu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau atau para peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).

4) Salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja tanggap.
Contoh:
Baik : Saya sudah menonton film itu hingga tamat.
Kurang Baik : Saya sudah nonton film itu hingga tamat.
Tidak Baik : Film itu saya sudah tonton hingga tamat.

2. Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian lengkap). Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal. Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran unsur-unsur lain (objek, pelengkap, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti.
Contoh :
Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya
a. Kita merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu sering kali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindak kehipan kita (Kesatuan Tunggal).
b. Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu (Kesatuan Gabungan).
c. Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (kesatuan yang mengandung pertentangan).
d. Kau boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).

Kalimat yang tidak jelas gagasannya
Kesatuan gagasan biasanya menjadi kabur karena kedudukan subyek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata-kata depan. Kesalahan lain terjadi karena kalimatnya terlalu panjang sehingga penulis atau pembicara tidak tahu apa sebenarnya yang mau dikatakan.

3. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus katabenda semuanya.
Contoh :
Salah : Harga bensin disesuaikan atau kenaikkan secara bertahap.
Benar : Harga bensin disesuaikan atau dinaikkan secara bertahap.

4. Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.
Contoh :
Salah : Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan didalam bagasi tiba-tiba mati.
Benar : Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.

5. Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.
Ada beberapa cara melakukan penghematan :
1) Menghilangkan pengulangan subjek.
Salah : Karena Nina tidak diundang, Nina tidak datang ke tempat itu.
Benar : Karena tidak diundang, Nina tidak datang ke tempat itu.

2) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Contoh :
Salah : Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Benar : Di mana engkau menangkap pipit itu?

Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.3)
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Contoh :
Salah : Roni sudah naik ke atas gunung sejak pagi tadi.
Benar : Roni sudah naik gunung sejak pagi tadi.

4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
Salah : Para tamu-tamu memasuki aula pertemuan.
Benar : Para tamu memasuki aula pertemuan.

6. Penekanan / ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.

Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu :
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

2) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

7. Kecermatan
Cermati adalah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harustepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agartercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini :
1) Hindari penanggalan awalan
2) Hindari peluluhan bunyi/ c /
3) Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
4) Hindari pemakaian kata ambigu

8. Kevariasian
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan kata sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk. Variasi tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahas agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.

Macam-macam variasi :
a. Variasi Sinonim Kata
Variasi berupa penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakekatnya tidak merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Contoh :
Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi.

b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Struktur kalimat akan mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yng tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat member tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan.

c. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk grametikal yang sama dengan beberapa kalimat berturut-turut dapat menimbulkan kelesuan. Sebaba itu haruslah dicari variasi pemakaian bentuk gramatikal.

d. Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat

9. Kelogisan
Kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh :
Salah : Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
Benar : Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

Kesalahan-kesalahan dalam menyusun kalimat efektif :
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh :
Salah : Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Benar : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

2. Kontaminasi
Salah : Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Benar : Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata
Salah : Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Benar : Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar
Salah : Bola gagal masuk gawang.
Benar : Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa asing
Contoh :
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

Bahasa daerah
Contoh :
Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.

6. Kata depan yang tidak perlu
Salah : Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Benar : Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
3. Kurang logis susunan gagasannya.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.