Sesaat


/1/
sesaat menulis jejak

sesaat kutulis jejak dari dipan bambu
asam masih meniris di belanga
saat empedu masih berasa
dan gelas sudah kosong

sesaat kutulis jejak
di bawah panji pucat depan gubug.


/2/
sesaat mencabut rumput

sesaat, rumput-rumput ini menarikan lagu gendang selamat jalan.
sudah lebih tinggi tinimbang pucuk cabe
mengakar di tanah paling gembur

kami mencabutnya mudah saja
semudah bijinya menjadi rumput baru


/3/
sesaat jalan ke kota

perjalanan sesingkat umur pagi
sesaat  tak seperti panjangnya lama
kering air mata di pipi gemuk tanah ini.

sesaat tiba di kota,
orang-orang mencari dan menyerahkan muka
di muka lembaran pengharam muka.


/4/
sesaat memandang kota

sesaat adakah yang gila
menghitung jejak alas kaki yang hilang
seramai di pabrik selop terlindas jejak roda-roda
lalu hilang bersama air hujan di selokan

sesaat adakah yang berburu kuntum saga
di antara langkah yang terburu-buru?


/5/
sesaat di atas batu

sungai ini menghanyutkan lumpur
dosa-dosa kental seringan daun gugur

sungai ini meninggalkan batu besar
di atasnya kita duduk jadi pendoa


/6/
sesaat berdoa

sesaat sujud kami dalam kata
terganggu suara cicak di langit-langit kamar doa
terbahak, dia kencingi buku-buku doa kami

kami marah,
pada cicak
lalu pada tuhan karena mencipta cicak.


/7/
sesaat tentang pulang

kepulangan kami adalah menunggu surat terakhir
yang datang dibawa pencuri
detak detik di jam bulat di atas almari

kepulangan kami,
menunggu ukir jejak menjadi hantu menggentayang
di pena yang kami keringkan tintanya di batu nisan

kepulangan kami,
adalah ketika kami pulang dalam tawa malam.

Pandang Pertama

Aku mencintai setiap bentuk sepi di matamu
Mereka pandai bercerita dan bernyanyi
Melukis dan berpuisi
Hingga mengeja sendu yang tak terpahami

Aku mencintaimu karena aku tak pernah tau
Bagaimana sepi itu ada di situ