Seraut Wajah Itu

Seraut wajah itu akan kusebut namanya cinta
karena setiap memandangnya,
keteduhan itu berkata 'aku milikmu!'
dan imajinasi membawaku,
pada beranda dimana dia
akan menanti kepulanganku
pada bunga-bunga yang dia sirami cinta saat mengantar kepergianku
dengan sebuah pelukan hangat, seolah dia akan begitu merindukan aku
saat aku tidak ada disisinya.
Pada senyumnya yang mengembang bagai bunga matahari,
ketika pulang, hanya kubawakan 'putu bambu' hangat nantinya.
Bukan memicing mata karena berharap permata.

Seraut wajah itu akan kusebut pula tangis dan luka
jika ketika memandangnya,
wajah itu berkata 'biarkan dunia milikku!'
dan imajinasi membawaku,
pada masa dimana laki-laki lain memegang erat tangannya
pada masa dimana dia membesarkan anak-anak lucu
yang bukan anakku.
dan aku hanya milik kejauhan yang sepi.

Seraut wajah itu akan kusebut pula hidup dan matiku,
ketika bersamaku dia mau menangis bersama seikhlas dia mau tertawa bersama
pada setiap masa yang memaksa.
dan,
ketika memandangnya terluka, hatiku menangis.
ketika memandangku menangis, peluknya melegakan.
ketika setiap memandangnya,
hatiku tak henti berkata
"Akan kuhabiskan sisa hidupku untuk membahagiakannya"
dan dia mengerti,
walau tak mendengarnya.
Ketika impian yang kurawat pupuk, menjadi impian penting juga buatnya.

Ya, Dia adalah hidup dan matiku.
Disampingnya aku akan hidup.
Dipangkuannya aku akan mati.

Medan, 22 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar